Membaca Tanda-tanda Zaman ( 24 Oktober 2025 )

Bacaan hari ini dari Roma 7:18-25a; Lukas 12:54-59.  “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilai, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini.” (Lukas 12:54–56)

Dalam hidup sehari-hari, kita cukup pandai membaca tanda-tanda di sekitar kita. Ketika langit mulai gelap, kita tahu hujan akan turun. Saat angin dingin bertiup dari Selatan (Australia), kita tahu bahwa musim kemarau tiba. Kita tahu kapan harus membawa payung, kapan menjemur pakaian, kapan musim mangga, durian, atau kapan menunda perjalanan. Yesus berkata kepada orang banyak di zaman-Nya, dan juga kepada kita hari ini, engkau dapat menilai rupa bumi dan langit, tetapi zaman ini engkau tidak bisa menilainya.

Kalimat itu seperti cermin yang memantulkan wajah rohani kita. Banyak orang sangat cerdas dalam hal-hal duniawi: tahu membaca tren ekonomi, tahu kapan saham naik, tahu kapan waktunya membeli atau menjual emas. Kita bisa memprediksi neraca ekonomi, membaca perubahan sosial, bahkan mode yang akan menjadi tren di tahun depan. Tetapi, sering kali kita tidak peka terhadap tanda-tanda rohani dalam hidup kita. Kita bisa melihat perubahan cuaca dunia, tetapi tidak menyadari perubahan yang terjadi dalam diri. Kemarau di bumi kita ketahui, tetapi kemarau rohani dalam hati tidak disadari.

Demikian juga, banyak orang yang mendengar Yesus saat itu melihat begitu banyak tanda yang Yesus perbuat: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir. Semua itu seharusnya membuat mereka sadar bahwa Allah sedang bekerja di tengah-tengah mereka. Mereka melihat, tetapi mereka tidak mengerti, karena hati mereka tertutup oleh rutinitas keagamaan dan tradisi. Mereka merasa sudah benar. Mereka tidak buta secara fisik, tetapi buta secara rohani.

Yesus menyebut mereka “munafik” bukan karena mereka berpura-pura beriman, melainkan karena mereka tidak peduli terhadap apa yang Allah sedang lakukan. Mereka bisa menilai dengan akal, tetapi hati mereka tertutup terhadap kebenaran. Itu adalah bahaya yang sama bagi kita sekarang. Kita mungkin aktif dalam pelayanan, rajin ibadah, tetapi tidak benar-benar peka terhadap suara Tuhan yang ingin menegur atau menuntun kita dalam situasi tertentu.

Tuhan masih berbicara melalui berbagai tanda: melalui Firman yang kita baca setiap hari, melalui peristiwa hidup yang tidak menyenangkan, melalui perubahan zaman yang mengguncang kenyamanan kita, bahkan melalui krisis yang tidak sesuai dengan rencana kita. Pertanyaannya: apakah kita cukup peka untuk membaca tanda-tanda itu?

Mungkin Tuhan sedang berbicara lewat “pintu yang tertutup,” seperti saat lamaran kerja ditolak, bisnis gagal, penyakit yang datang tiba-tiba, atau hubungan yang sedang kita perjuangkan mendadak berakhir. Semua itu Allah izinkan terjadi, bukan karena Ia sedang menghukum kita, tetapi justru karena Ia sedang mengarahkan kita ke jalan yang lebih tepat, dan mengingatkan bahwa hidup ini tidak bisa dikendalikan oleh kekuatan sendiri. Masalahnya apakah kita memiliki telinga yang cukup peka untuk mendengar tuntunan suara-Nya, mata rohani yang cukup peka mengikuti petunjuk-Nya.

Allah juga bisa berbicara melalui keberhasilan: ketika karier kita menanjak, dan segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Namun, semua itu bukan tanda untuk berpuas diri, melainkan undangan untuk bersyukur dan tetap rendah hati. Jangan sampai kita bermegah diri dan merasa bahwa kesuksesan dan berkat adalah hasil usaha kita semata.

Menilai tanda zaman berarti melihat hidup dengan kacamata iman, dengan cara Allah memandang, dan bukan sekadar dengan logika atau perasaan. Artinya, kita belajar percaya bahwa tidak ada peristiwa yang kebetulan bagi orang yang hidup di dalam rencana Allah. Di balik badai yang mengguncang keluarga atau pelayanan, Ia sedang memurnikan iman kita agar tidak rapuh oleh keadaan. Di balik doa yang sepertinya tidak dikabulkan, Ia sedang membentuk kesabaran dan iman kita. Di balik perubahan dunia yang membuat banyak orang cemas, ketidakpastian ekonomi, politik, dan keamanan, justru tangan Allah menjalankan rencana-Nya, agar manusia dapat merindukan datangnya Kerajaan Allah yang tidak terguncangkan. Dunia akan terus berubah, tetapi orang yang peka terhadap suara Tuhan tidak akan panik dalam segala situasi, karena kita percaya bahwa Allah tetap memegang kendali. Marilah kita belajar membaca tanda-tanda hidup ini dengan mata iman, agar kita tahu kapan Allah sedang bekerja, dan sedang mengetuk hati kita untuk bertobat dan mengikuti kehendak-Nya.

Penulis

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *