Hidup dan Mati untuk Tuhan ( 6 November 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Roma 14:7-12; Lukas 15:1-10. “Sebab kita semua akan menghadap takhta penghakiman Allah” (Rm. 14:10c).

Hari ini kita diajak untuk merenungkan bahwa hidup dan mati kita adalah milik Tuhan, seperti yang ditegaskan oleh Rasul Paulus. Tidak ada yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada yang mati untuk dirinya sendiri. Setiap napas yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, membawa arti dalam relasi kita dengan Allah dan sesama. Namun, dalam dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian saat ini, pernahkah kita bertanya: Apakah hidup saya benar-benar hidup untuk Tuhan dan dengan tanggung jawab yang Ia kehendaki?

Dalam injil Lukas Tuhan Yesus mau mengajarkan kita tentang kasih Allah yang luar biasa melalui perumpamaan domba yang hilang dan dirham yang hilang. Kasih itu tak mengenal batas dan selalu mencari yang tersesat untuk dibawa pulang. Di tengah berbagai krisis sosial, moral, dan spiritual yang sedang melanda kita seperti ketegangan sosial, kesepian, dan ketidakadilan kasih itu menuntut kita untuk bertindak bukan hanya sebagai penerima kasih, tetapi juga sebagai pembawa kasih bagi sesama yang terpinggirkan dan kehilangan arah.

Apakah kita benar-benar menghidupi hidup ini untuk Tuhan, dengan penuh tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat yang semakin rapuh? Tidak cukup hanya berbicara tentang iman atau mengaku percaya, tetapi kita juga dipanggil untuk mencerminkan kasih Kristus melalui tindakan nyata. Di zaman yang serba digital ini, manusia seringkali menjadi dangkal dan mudah terpecah belah, panggilan untuk bertanggung jawab atas kehidupan orang lain semakin relevan dan kritis.

Kita mungkin tergoda untuk fokus pada kepentingan pribadi atau merasa tak berdaya menghadapi masalah besar yang terjadi di sekitar kita. Namun, kisah Yesus mengingatkan bahwa setiap jiwa penting. Tuhan tidak meremehkan satu pun dari kita, dan kita pun dipanggil untuk tidak meremehkan satu pun orang yang ada di sekitar kita. Hidup untuk Tuhan berarti mau ambil bagian dalam karya pemulihan dan penyembuhan, bahkan ketika itu menuntut pengorbanan dan keberanian.

Mari kita gunakan hidup kita sebagai alat untuk meneguhkan kasih dan membangun tanggung jawab bersama. Di tengah pandemi, perubahan ekonomi, dan ketidakpastian politik, umat beriman harus menjadi garam dan terang, menunjukkan bahwa hidup dan mati kita bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama. Hidup yang dimaksud dalam Roma bukan hanya soal bertahan, tetapi hidup yang bermakna dalam kasih dan tanggung jawab.

Marilah kita berkomitmen hari ini untuk selalu bertanya kepada diri sendiri Apakah aku sudah hidup dan siap mati untuk Tuhan, dengan penuh kasih dan tanggung jawab? Dengan menjawab pertanyaan ini secara jujur, kita memasuki jalan yang membawa damai sejati, sukacita abadi, dan persekutuan yang kuat bersama Tuhan dan sesama. Hidup dan mati itu bukan akhir yang mengerikan, melainkan panggilan agung untuk menemukan kasih dan tanggung jawab sejati dalam Tuhan.

Penulis
Bible Learning Loving The Truth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *