Kekayaan, Hikmat, dan Panggilan Allah ( 3 November 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Roma 11:29-36; Lukas 16:1-8 “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang” (Luk. 16:8)

Pernahkah kita berhenti sejenak dan benar-benar terkagum pada rancangan Allah yang luar biasa dalam hidup kita?  Kita sering fokus pada kesulitan atau rencana kita sendiri, sampai-sampai lupa akan kedalaman kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah yang tak terselami. Dalam bacaan hari ini, Rasul Paulus mengajak jemaat di Roma, dan juga kita, untuk masuk dalam pemujaan yang mendalam akan Allah. Paulus menegaskan bahwa Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Ini berarti, janji dan anugerah-Nya kepada kita bersifat abadi dan tak berubah. Meskipun kita, sama seperti Israel dan bangsa-bangsa lain, pernah berada dalam ketidaktaatan, Allah justru menggunakan semua itu untuk menunjukkan kemurahan-Nya atas kita semua. Alangkah menakjubkannya cara penyelamatan Allah itu!

Sementara itu, perumpamaan Injil Lukas hari ini menceritakan tentang seorang bendahara yang tidak jujur yang dipuji oleh tuannya (Luk. 16:8). Bendahara itu, setelah menyadari ia akan dipecat, bertindak cepat dan cerdik dengan mengurangi utang para debitur tuannya untuk memastikan masa depannya. Tuannya memuji tindakan tersebut bukan karena ketidakjujurannya, tetapi karena ia telah menunjukkan kesigapan dan kebijaksanaan dalam mengantisipasi dan menghadapi krisis pribadinya. Tindakan ini merupakan contoh betapa seriusnya orang-orang duniawi dalam mengusahakan kepentingan hidup mereka.

Perbandingan ini membangunkan kesadaran kita. Kita, sebagai “anak-anak terang” yang dipanggil oleh kasih karunia Allah, seringkali bersikap pasif dalam hal rohani. Kita tahu kita harus mengembangkan iman dan talenta rohani, tetapi sering menunda. Orang dunia, dengan tujuan yang terkadang bukan demi kebaikan, sering kali lebih sigap, bekerja keras, dan merencanakan dengan cermat untuk memperjuangkan kepentingan mereka.Menjadi anak terang yang cerdik berarti tidak puas hanya menjadi baik, tetapi juga menggunakan akal budi, kreativitas, dan kebijaksanaan untuk mengusahakan kebaikan dan meneguhkan sesama. Dalam pekerjaan, studi, dan pelayanan, kita dipanggil untuk tidak kalah sigap dari dunia, tetapi justru mengubah kecerdikan menjadi alat kasih.

Rasul Paulus menutup perenungannya dengan kesimpulan agung: “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm. 11:36).

Ini adalah seruan bagi kita untuk bangkit dengan kecerdikan yang dipimpin Roh Kudus. Jika Allah telah memberikan kepada kita kekayaan, hikmat, dan panggilan yang tak tersesali, maka kita harus memuliakan Dia dengan cara yang paling kreatif, bijak, dan sigap dalam setiap langkah hidup kita. Kita juga diingatkan sebagai anak-anak terang, dapat mencontoh kecerdikan dan kesigapan anak-anak dunia dalam mengantisipasi masa depan, tetapi menggunakan kecerdikan itu dalam terang kasih dan kebenaran, agar kita menjadi cerdik dalam pelayanan dan teguh dalam panggilan Allah.

Dalam hal rohani, di area manakah aku sering bersikap pasif atau menunda-nunda? Bagaimana aku bisa menggunakan kecerdikan, waktu, atau talentaku hari ini untuk memuliakan Allah dan melayani sesama dengan cara yang lebih kreatif dan sigap?

Penulis
Bible Learning Loving The Truth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *