| Renungan hari ini dari bacaan Roma 6:12-18; Lukas 12:39-43 “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan” (Luk. 12:47). |
Awal Semester Ganjil kali ini, saya bersyukur karena Tuhan mempercayakan kepada saya dua kelas mata kuliah di kampus tempat saya mengajar. Tentu saja semua ini tidak saya peroleh dengan mudah. Saya memperolehnya dengan penuh perjuangan, usaha, kerja keras, dan doa di semester-semester sebelumnya. Juga disertai dengan semangat serta kesungguhan dan ketulusan hati dalam mengajar. Saya selalu bersukacita setiap mengajar sekalipun saat ini gaji saya sebagai dosen belum seberapa. Puji Tuhan, akhirnya lewat semua ini, dalam selang waktu tiga minggu setelah dimulainya Semester Ganjil, Tuhan kembali tambahkan empat kelas mata kuliah baru kepada saya. Semua ini sungguh semata-mata hanya karena anugerah dan Janji Tuhan yang teramat baik untuk saya.
Kita bisa belajar dari Alkitab tentang kesetiaan akan Janji Tuhan. Santo Petrus diberikan kunci Kerajaan Surga (Mat. 16:19). Ia melihat Tuhan yang telah bangkit pada hari Yesus bangkit dari kematian. Petrus bahkan diperingatkan beberapa kali untuk tetap waspada dan setia dalam misinya karena Yesus, Gurunya, mungkin membutuhkan waktu untuk kembali (Luk. 12:45; Mat. 25:5.19). Meskipun Petrus diberi banyak (Luk. 12:48), ia tidak dapat menunggu beberapa minggu untuk Yesus. Maka, tak lama setelah Kebangkitan Yesus, Petrus kembali bekerja di kapal penangkap ikan komersialnya (Yoh. 21:3).
Dalam Bacaan Injil Lukas hari ini, Yesus memperingatkan Petrus demikian: “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan” (Luk. 12:47). Namun, ketika Yesus kembali untuk memeriksa hamba-Nya, Petrus, Ia tidak memberinya pukulan. Sebaliknya, Yesus memberi Petrus tangkapan ikan yang ajaib dan memasak sarapan untuknya (Yoh. 21:6.13). Kali ini, Yesus tidak memberikan pengajaran atau perumpamaan kepada Petrus. Ia hanya bertanya kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh. 21:15).
Menunggu beberapa minggu, beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun untuk kedatangan Yesus tidak akan menjadi masalah jika kita cukup mengasihi-Nya. Jika kita mengasihi Yesus, kita akan disibukkan dengan penyaluran Firman Allah kepada domba-domba-Nya di tengah-tengah kita (Yoh. 21:15; Luk 12:42). Jika kita mengasihi Yesus, kita tidak akan menyalahgunakan karunia dan hak istimewa yang telah Allah berikan kepada kita untuk kesenangan kita sendiri (bdk. Luk. 12:45 dst.). Kewaspadaan dan penantian datang secara alami bagi mereka yang mengasihi (Kid. 3:1-3; 5:2). “Kasih Kristus yang mendorong kami” (2Kor. 5:14) untuk menyebarkan Firman Allah.
Yesus bertanya kepada kita masing-masing, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kita harus mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Sebab, kasih-Nya telah memerdekakan kita dari dosa, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Paulus kepada jemaat di Roma: “Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Rm. 6:17-18). Mari kita berusaha dan berjuang untuk tetap setia menanti janji Tuhan, sesulit apa pun keadaan kita saat ini.

3 Responses
**breathe**
breathe is a plant-powered tincture crafted to promote lung performance and enhance your breathing quality.
Setia dan taat pada janji dan kehendak Tuhan. Kadangkala kita terlena dan jatuh pada keputusasaan, kurang waspada dan lupa pada tujuan akhir hidup. Terimakasih bro Karl sdh berbagi sharing buat selalu tekun dari perkara kecil maka Tuhan akan mempercayakan lebih banyak lagi. Amin..
Tuhan memberkati
AMIN. Matur nuwun,Mbak e,atas komennya yang sangat membangun dan menyemangati. Selamat Pagi,Selamat Bekerja dan Selamat Beraktivitas,Mbak. Salam Sehat,Berkah Dalem! 🙏😇