Tanda Orang Kristen Dewasa Ini ( 28 Oktober 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Efesus 2:19-22; Lukas 6:12-19 “Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka” (Luk. 6:18)

Apakah bersikap bermusuhan merupakan tanda kekristenan kita? Apakah citra baku seorang kristiani? Apakah penanda seorang pengikut Kristus di dalam kehidupan sehari-hari? Seorang Katolik mungkin dapat dikenali secara mudah dari tanda salib yang dibuatnya sebelum makan, atau sejenak hening bagi yang Kristen. Yang terakhir ini mungkin kurang begitu jelas, karena tindakan seperti itu juga dilakukan oleh umat Islam.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 2:19-22) menegaskan bahwa relasi antar para pengikut Kristus adalah sebagai kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, dan bukan sebagai orang asing atau pendatang (Ef. 2:19).

Lalu, apakah penanda orang kudus dan anggota keluarga Allah? Dalam gambar-gambar di zaman dulu, saya melihat di atas kepala orang kudus ada halo, lingkaran kuning bersinar, sebagai tanda orang yang digambarkan itu adalah orang kudus. Namun, bagaimana kekudusan seorang anggota keluarga Allah di zaman now?  

Menurut saya, salah satu penanda seorang pengikut Kristus adalah keramahannya yang merupakan wujud tindakan belas kasih. Saya masih terkesan dengan pengalaman saya di awal periode menjabat sebagai Dewan Paroki Harian. Pada waktu itu saya menyaksikan hostilitas, sikap bermusuhan dari ketua komunitas pendoa untuk kekudusan. Sikap ini ditunjukkan bahkan bukan hanya oleh satu orang, sehingga saya menjadikannya bahan refleksi: Apakah saya sudah cukup ramah dan menunjukkan keikut-sertaan saya dalam keluarga kudus Allah? Apakah saya sudah menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh? (Ef. 2:22).

Perikop Injil Lukas hari ini (Luk. 6:12-19) menceritakan bagaimana Yesus pergi ke bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah (Luk. 6:12). Inilah salah satu contoh hidup yang kongkrit. Inilah penanda seseorang sebagai pengikut Kristus: Ketika hendak mengambil keputusan penting, ia berdoa. Bila perlu semalam-malaman ia berdoa kepada Allah, agar dapat mengambil keputusan secara benar dan bijak.

Sampai di bagian perikop ini, saya mengingat-ingat kembali pengalaman saya dalam hal doa. Berdoa semalam-malaman ternyata belum menjadi praktik doa saya, walaupun saya pernah ikut tuguran seusai perayaan misa Kamis Putih. Saya yakin banyak komunitas doa yang melakukan “doa semalam-malaman” di zaman ini. Saya pribadi hanya berusaha berdoa sepanjang hari, terutama ketika sedang berjalan menuju gereja.

Dalam perikop Injil hari ini, dikisahkan pula bahwa orang-orang berkumpul dari beraneka asal, untuk mendengarkan Yesus, dan mereka mengalami kesembuhan. Hari ini, ketika mengikuti perayaan Ekaristi, orang-orang dari beraneka tempat berkumpul untuk mendengarkan Sabda dan merayakan Ekaristi. Yang saya tidak tahu, apakah di antara mereka ada yang mengalami kesembuhan seperti yang dialami orang-orang dua ribu tahun yang lampau.

Apakah yang menjadi penanda pengikut Kristus zaman now? Permusuhan atau keramahtamahan? Berkumpul tanpa membedakan asal? Mendengarkan Sabda? Makan bersama? Merayakan kesembuhan? Berdoa? Mari kita berusaha untuk menampakkan tanda-tanda itu dalam kehidupan kita sehari-hari.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *